Jumat, 24 Januari 2020

Berjuang Sendiri (Mata Kuliah Etika Profesi)

BERJUANG SENDIRI
(MATA KULIAH ETIKA PROFESI)
Masa-masa kuliah untukku tak semuanya mengingatkan soal kebahagiaan. Tetapi juga kesedihan, perjuangan, patah hati, dan lain sebagainya. Nyatanya tidak semuanya dapat sesuai dengan yang diharapkan, masih banyak lika-liku kehidupan yang harus dihadapi. Perbedaan pendapat, visi ataupun misi, perbedaan tujuan membuat keduanya tak dapat bersatu. Dan memilih jalan alternatif untuk mengetuk pintu kebahagiaan. Yang seharusnya kebahagiaan itu bukanlah tugas orang lain akan tetapi kebahagiaan itu hanya kita yang dapat menciptakannya. 
Kecewa itu pasti karena rasanya dikhianati, dibohongi, itu semua yang membuat seseorang kecewa. Hingga menggoreskan luka yang terlalu dalam. Tentunya aku tak ingin membuka kembali luka itu. Tidak semua yang kita harapkan dapat sesuai dengan kenyataannya. Nyatanya banyak sekali yang tidak sesuai dengan harapan dan hanya menyisakan amarah, kecewa, terpukul, bahkan tidak ada lagi semangat untuk hidup. Rasanya seperti saat itu hanya aku yang merasakannya dan hanya aku yang paling menderita. 
Padahal di dunia ini bukan hanya aku yang paling menderita, masih banyak orang lain diluar sana yang jauh lebih menderita dan jauh dari kata cukup dalam segi apapun. Masa-masa saat itu pernah ku lalui sampai pada saat itu aku ingin sekali menyerah dengan keadaaan dan merasa hidup ini tidak adil. Orang lain dapat mencari kebahagiaan itu dengan mudahnya, kenapa justru aku yang terjebak dengan rasa itu. Rasa yang hingga kini tak pernah aku lepaskan dan terus melekat dalam dadaku.
Saat itu aku berusaha untuk berjuang sedikit demi sedikit untuk orang lain yang selama ini aku damba-dambakan. Hingga aku lupa bagaimana dengan kebahagiaanku sendiri. Rasanya aku memang tak pantas untuk mendapat dan merasakan kebahagiaan itu. Selama berbulan-bulan aku berusaha agar usahaku tidak gagal akan tetapi tetap harus ada salah satu yang terluka. Rasanya hingga kini aku menyesal karena tak seharusnya aku berjuang untuk seseorang yang ternyata tengah menemukan kebahagiaannya sendiri.
Lagi-lagi aku tidak mengetahui apakah perjuangan ku membuahkan hasil ataukah hanya sebatas meninggalkan luka. Sungguh berjuang itu tak semudah membalikkan kedua telapak tangan. Banyak yang harus kita korbankan dari segi tenaga, batin, materil, bahkan mengorbankan kebahagiaan kita sendiri. Mungkin kalian berpikir aku ini egois untuk diri ku sendiri. Iya, memang benar. Saat itu aku sangat egois tak peduli bagaimana nantinya kehidupanku kelak. Yang aku pikirkan hanyalah bagaimana dia bisa kembali.
Bahkan aku tak tahu apakah dengan kedatangannya kembali akan menyembuhkan luka lama atau bahkan menggoreskan luka yang baru. Itulah aku yang egois dan tidak memikirkan diriku sendiri dan selalu mengutamakan orang lain asal orang lain itu bahagia. Karena ku pikir aku ini tidak pantas menerima kebahagiaan itu. Bagiku, dengan melihatnya bahagia saja sudah cukup membuatku senang. Semudah itu, akan tetapi nyatanya tidak semudah yang dibayangkan. Selalu ada tetesan air mata yang berjatuhan tanpa kita sadari, ternyata perjuangan ku sudah sangat jauh.
Tak peduli berapa tetesan air mata yang berjatuhan. Bagiku itu merupakan air mata ketulusan. Sakitnya, dia yang diperjuangkan tidak sadar bahwa perjuangan ku tengah sejauh itu. Karena saat itu, sudah ada orang lain yang tengah menggantikan kebahagiaannya. Terluka? Sudah pasti. Hanya saja luka itu tidak sebanding dengan yang aku rasakan dengan berjuang sendirian. Bahkan yang diperjuangkan justru memperjuangkan orang lain. Sakit bukan? Disaat kita berusaha untuk menjadi jauh lebih baik dan memperbaiki semuanya justru ia sibuk untuk membuat orang lain yang sama sekali tidak peduli bahagia.
Bahkan kebahagiaan yang dibuatnya tidak dihargai dan justru di sia-siakan. Disaat aku mendambakan sebuah perhaatian yang dulu sempat hilang dan tergantikan oleh orang lain justru tengah orang lain itu sia-siakan. Rasanya sangat beruntung menjadi dia yang tak perlu takut akan kebahagiaan itu. Karena sudah ada orang lain yang mempersiapkan kebahagiaan itu.
Dia yang hanya diam dan terpaku serta tidak melakukan apa-apa, tengah mendapatkan kebahagiaan dari seeseorang yang mungkin orang lain damba-dambakan. Sedangkan aku? Untuk mencuri perhatiannya saja aku tak mampu, hanya berjuang terus-menerus yang aku bisa lakukan akan tetapi tidak juga dihiraukan. Hingga takdir berkata “aku akan kembali” dan pada saat itulah belum tentu aku akan menerima mu kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Waspada Virus Korona

WASPADA VIRUS KORONA (MATA KULIAH ETIKA PROFESI) Beberapa hari ini dunia dihebohkan dengan adanya virus baru yang sedang merajalela...