Pria bertopeng
(tinjauan permasaalahan individu, keluarga, dan
masyarakat)
Siapa yang
tau orang yang kerap kita puja-puja keberadaannya dan selalu kita
nanti-nantikan dalam hidup kita justru menjadi orang yang dapat menjerumuskan
kita ke dalam ruang lingkup yanng tak kita inginkan. Sedih bukan? Awal nya
mereka membahagiakan namun pada akhirnya kebanyakan mencelakakan dan melukai
kita. Banyak yang bersifat manis diluar sana entah ia pria bertopeng. Banyak yang
membahagiakan diawal namun berujung penyesalan masalah ini kerap kita ketahui
disekitar kita. Yaitu kekerasan dalam pacaran.
Apa itu
kekerasan dalam pacaran atau dating
violence ? kekerasan dalam pacaran merupakan kasus yang sering terjadi setelah kekerasan dalam
rumah tangga. Dan kasus kekerasan dalam pacaran ini jarang sekali mendapatkan
sorotan jika sama-sama kita bandngkan dengan kekerasan dalam rumah tangga, hal
ini terjadi karena banyak sekali orang-orang yang mengabaikan masalah ini
padahal masalah ini sama pentingnya dengan masalah kekerasan dalam rumah
tangga. Pengertian dari kekerasan pacaran itu sendiri adalah tindak kekerasan
terhadap pasangan yang belum terikat pernikahan dan mencakupi kekerasam fisik,
psikologi, dan ekonomi.
Banyak yang
beranggapan bahwa dalam berpacaran tidaklah mungkin terjadi kekerasan, karena
pada umum nya masa pacaran adalah masa-masa yang penuh dengan hal-hal yang
indah, dimana setiap hari diwarnai oleh manisnya tingkah laku serta kata-kata
yang di ungkapkan oleh sang pacar. Hal ini dapat dipahami sebagai salah satu
bentuk ketidaktahuan masyarakat mengenai hal ini dan kurang nya informasi
mengenai hal ini. Tetapi banyak data yang membuktikan bahwa kekerasan dalam
pacaran setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan. Berdasarkan survey yang
telah dilakukan di Amerika, diketahui bahwasanya 21 persen dari remaja
laki-laki dan 22 persen dari remaja perempuan melaporkan mengalami kekerasan
fisik atau psikis yang dilakukan oleh pasangannya. Dalam penilitian lain
dinyatakan bahwa 32 persen dari remaja melaporkan mengalami hal yang sama baik
laki-laki maupun perempuan.
Hasil
penelitian lain tentang KDP menyebutkan bahwa karakteristik kepribadian korban
kekerasan dalam pacaran antara lain adanya kebutuhan yang kronis akan cinta dan
perhatian, mempunyai harga diri rendah dan persepsi yang negatif terhadap
dirinya sendiri, adanya ketergantungan terhadap sesuatu (misalnya, pekerjaan,
drugs, alkohol, dsb), ingin selalu merasa dibutuhkan, sehingga marah jika
terisolir, dan jika berkonflik selaalu tidak pernah terselesaikan dengan baik
(Rini dalam Dwiastuti, 2006). Hasil penilitian lain yang menyatakan 590 gadis
yang terkena kasus kenakalan remaja di Amerika Serikat dimana mereka yng
mengalami KDP adalah mereka yang melakukan hubungan seksual dimulai dari umur
13 tahun atau lebih awal dari self efficacy yang rendah dalam pencegahan dalam
pacaran (cheng et all, 2008).
Bentuk-bentuk kekerasan dalam pacara terbagi menjadi 2,
yaitu:
1.
Kekerasan emosional
Mendefinisikan
kekerasan emosional ini lebih berat dibandingkan dengan mendfinisikan kekerasan
seksual atau fisik yang relatif jauh lebih mudah. Meremehkan, mengabaikan,
meruntuhkan, merendahkan, mengomel. Mengkritik, adalah semua bentuk-bentuk yang
memungkinkan dalam pacaran. Kekerasan emosional adalah setiap perbuatan dan
ucapan yang mengakibatkan hilngnya rasa kepercayaan diri, hilangnya kemampuan
diri untuk beritndak, dan rasa tidak berdaya serta ketakutan terhadap pasangan.
Kekerasan emosional dapat juga dikatakan sebagai keadaan emosi yang sengaja
dibuat oleh seseorang untuk melukai ataupun mengedalikan pasangannya. Misalnya
saja, mengejek, curiga berlebihan, selalu menyalahkan pacar dan mengekang.
2.
Kekerasan seksual
Kekerasan
seksual adalah kekerasan terhadap hal-hal yang mencakup pelecehan seksual,
memaksa pasangan baik secara fisik maupun psikis untuk melakukan hubungan
seksual ataupun melakukan hubungan seksual tanpa persetujuan dan disaat
pasangan tidak meghendakinya dan melakukan hubungan yang tidak di sukai oleh
pasangannya. Contohnya, memaksakan kontak seksual yang didalamnya terdapat
perkosaan, protisi, sodomi, sodomi, dan lain-lain. Dan bentuknya berupa rabaan,
ciuman, sentuhan yang tidak dikehendaki, memaksa kita untuk melakukan hubungan
seks dengan beribu alasan tanpa persetujuan apalagi dengan ancaman akan
meninggalkan atau mengintainya.
Adapun penyebab kekerasan dalam pacaran antara lain:
1.
Pola asuh dan lingkungan keluarga yang kurang
menyenangkan
Misalkan
saja sikap kejam orang tua, berbagai macam penolakan orang tua dengan
keberadaan anaknya, dan sikap disiplin yang berlebihan sehingga anak merasa
terkekang dan ingin bebas. Hal semacam itu akan berpengaruh pada peran yang
dianut anak tersbut pada masa dewasa nya nanti, bila model peran yang diajarkan
kepada anak-anaknya tidak sesuai dengan model yang normal maupun standard hal
tersebut dapat mengakibatkan anak melakukan kekerasan tersebut.
2.
Peer group
Dalam hal
ini teman disekitar kita mendapatkan peran penting dan memiliki pengaruh besar
dalam memberikan kontribusi semakin tingginya kekerasan antar pasangan.
3.
Media massa
Dengan
adanya media massa TV, film sedikitnya memberikan kontribusi terhadap munculnya
sifat agresif terhadap pasangan. Ternyata tayangan kekesarasan yang sering
muncul dalam program siaran televisi maupun adegan sensual dalam film tertentu
dapat memicu tindakan kekerasan terhadap pasangan.
4.
Kepribadian
Teori
mengtakan bahwa orang dengan tipe A lebih cepat menjadi agresif daripada tipe
kepribadian B. Dan ini berlaku semakin tinggi harga diri yang dimiliki
seseorang maka ia memiliki peluang lebih besar untuk bertindak agresif.
Dan masih
banyak lagi hal-hal yang menyebabkan seseorang melakukan kekerasan dalam
pacaran, adapun dampak yang ditimbulkan dari kekerasan dalam pacaran yaitu,
menimbulkan dampak fisik maupun pikis.
Dampak fisik bisa berupa memar, patah tulang, dan sebagainya. Sedangkan luka
psikis bisa berupa terhina, dilecehkan, sakit hati, harga diri yang terluka dan
sebagainya. Seiring berjalan nya waktu korban merasa hal-hal yang dilakukan
oleh pasangannya merupakan hal yang wajar dan tidak perlu untuk ditakuti maupun diwaspadai padahal hal tersebut
tentunya merusak perkembangan remaja dalam mempelajari hubungan yang sehat.
Dampak yang ditimbulkan pun berupa depresi, menyalahkan diri sendiri, cemas,
dan mencoba bunuh diri.
Maka,
penanganan maupun pencegahan yang dapat dilakukan tentuna tergantung dari
penyebabnya. Kita harus telusuri terlebih dahulu apa penyebabnya baru kita
dapat melakukan penanganan nya bagaimana. Proses penanganan nya pun perlu melibatkan
kedua belah pihak baik pelaku maupun korban karena biasanya pada kasus ini
diakibatkan oleh ketergantungan pada masing-masing pihak. Kepada korban
perlunya meyakinkan dia untuk berkata tidak untuk tindak kekerasan yang
dilakukan oleh pasangannya, membantunya melihat pilihan dan alternative yang
dapat menumbuhkan kepercayaan pada dirinya. Untuk koran yang mengalami trauma
dibutuhkan penanganan khusus oleh psikiter atau psikolog atau melalui
pendamping korban untuk tahap awal.
Oleh karena
itu, perlunya terutama pada remaja untuk terus mewaspadai dan memantau pasangan
nya masing-masing agar tidak sampai melakukan hal tersebut. Jika sudah ada
tanda-tanda yang mencurigakan pada pasangan kalian maka tinggalkan. Dan
perlunya kehati-hatian dalam memulai suatu hubungan tentunya harus dipikirkan
secara matang-matang, jangan sampai
dengan menjalin hubungan tersebut merugikan diri anda sendiri. Jangan mudah
terbuai ataupun terayu oleh pasangan kalian jika mereka ingin melakukan hal-hal
yang menyimpang. Dan perlu nya mendekatkan diri kepada yang kuasa agar
terhindar dari perbuatan-perbuatan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar