Rabu, 03 Mei 2017

Pria bertopeng
(tinjauan permasaalahan individu, keluarga, dan masyarakat)
Siapa yang tau orang yang kerap kita puja-puja keberadaannya dan selalu kita nanti-nantikan dalam hidup kita justru menjadi orang yang dapat menjerumuskan kita ke dalam ruang lingkup yanng tak kita inginkan. Sedih bukan? Awal nya mereka membahagiakan namun pada akhirnya kebanyakan mencelakakan dan melukai kita. Banyak yang bersifat manis diluar sana entah ia pria bertopeng. Banyak yang membahagiakan diawal namun berujung penyesalan masalah ini kerap kita ketahui disekitar kita. Yaitu kekerasan dalam pacaran.
Apa itu kekerasan dalam pacaran atau dating violence ? kekerasan dalam pacaran merupakan kasus  yang sering terjadi setelah kekerasan dalam rumah tangga. Dan kasus kekerasan dalam pacaran ini jarang sekali mendapatkan sorotan jika sama-sama kita bandngkan dengan kekerasan dalam rumah tangga, hal ini terjadi karena banyak sekali orang-orang yang mengabaikan masalah ini padahal masalah ini sama pentingnya dengan masalah kekerasan dalam rumah tangga. Pengertian dari kekerasan pacaran itu sendiri adalah tindak kekerasan terhadap pasangan yang belum terikat pernikahan dan mencakupi kekerasam fisik, psikologi, dan ekonomi.
Banyak yang beranggapan bahwa dalam berpacaran tidaklah mungkin terjadi kekerasan, karena pada umum nya masa pacaran adalah masa-masa yang penuh dengan hal-hal yang indah, dimana setiap hari diwarnai oleh manisnya tingkah laku serta kata-kata yang di ungkapkan oleh sang pacar. Hal ini dapat dipahami sebagai salah satu bentuk ketidaktahuan masyarakat mengenai hal ini dan kurang nya informasi mengenai hal ini. Tetapi banyak data yang membuktikan bahwa kekerasan dalam pacaran setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan. Berdasarkan survey yang telah dilakukan di Amerika, diketahui bahwasanya 21 persen dari remaja laki-laki dan 22 persen dari remaja perempuan melaporkan mengalami kekerasan fisik atau psikis yang dilakukan oleh pasangannya. Dalam penilitian lain dinyatakan bahwa 32 persen dari remaja melaporkan mengalami hal yang sama baik laki-laki maupun perempuan.
Hasil penelitian lain tentang KDP menyebutkan bahwa karakteristik kepribadian korban kekerasan dalam pacaran antara lain adanya kebutuhan yang kronis akan cinta dan perhatian, mempunyai harga diri rendah dan persepsi yang negatif terhadap dirinya sendiri, adanya ketergantungan terhadap sesuatu (misalnya, pekerjaan, drugs, alkohol, dsb), ingin selalu merasa dibutuhkan, sehingga marah jika terisolir, dan jika berkonflik selaalu tidak pernah terselesaikan dengan baik (Rini dalam Dwiastuti, 2006). Hasil penilitian lain yang menyatakan 590 gadis yang terkena kasus kenakalan remaja di Amerika Serikat dimana mereka yng mengalami KDP adalah mereka yang melakukan hubungan seksual dimulai dari umur 13 tahun atau lebih awal dari self efficacy yang rendah dalam pencegahan dalam pacaran (cheng et all, 2008).
Bentuk-bentuk kekerasan dalam pacara terbagi menjadi 2, yaitu:
1.      Kekerasan emosional
Mendefinisikan kekerasan emosional ini lebih berat dibandingkan dengan mendfinisikan kekerasan seksual atau fisik yang relatif jauh lebih mudah. Meremehkan, mengabaikan, meruntuhkan, merendahkan, mengomel. Mengkritik, adalah semua bentuk-bentuk yang memungkinkan dalam pacaran. Kekerasan emosional adalah setiap perbuatan dan ucapan yang mengakibatkan hilngnya rasa kepercayaan diri, hilangnya kemampuan diri untuk beritndak, dan rasa tidak berdaya serta ketakutan terhadap pasangan. Kekerasan emosional dapat juga dikatakan sebagai keadaan emosi yang sengaja dibuat oleh seseorang untuk melukai ataupun mengedalikan pasangannya. Misalnya saja, mengejek, curiga berlebihan, selalu menyalahkan pacar dan mengekang.
2.      Kekerasan seksual
Kekerasan seksual adalah kekerasan terhadap hal-hal yang mencakup pelecehan seksual, memaksa pasangan baik secara fisik maupun psikis untuk melakukan hubungan seksual ataupun melakukan hubungan seksual tanpa persetujuan dan disaat pasangan tidak meghendakinya dan melakukan hubungan yang tidak di sukai oleh pasangannya. Contohnya, memaksakan kontak seksual yang didalamnya terdapat perkosaan, protisi, sodomi, sodomi, dan lain-lain. Dan bentuknya berupa rabaan, ciuman, sentuhan yang tidak dikehendaki, memaksa kita untuk melakukan hubungan seks dengan beribu alasan tanpa persetujuan apalagi dengan ancaman akan meninggalkan  atau mengintainya.
Adapun penyebab kekerasan dalam pacaran antara lain:
1.      Pola asuh dan lingkungan keluarga yang kurang menyenangkan
Misalkan saja sikap kejam orang tua, berbagai macam penolakan orang tua dengan keberadaan anaknya, dan sikap disiplin yang berlebihan sehingga anak merasa terkekang dan ingin bebas. Hal semacam itu akan berpengaruh pada peran yang dianut anak tersbut pada masa dewasa nya nanti, bila model peran yang diajarkan kepada anak-anaknya tidak sesuai dengan model yang normal maupun standard hal tersebut dapat mengakibatkan anak melakukan kekerasan tersebut.
2.      Peer group
Dalam hal ini teman disekitar kita mendapatkan peran penting dan memiliki pengaruh besar dalam memberikan kontribusi semakin tingginya kekerasan antar pasangan.
3.      Media massa
Dengan adanya media massa TV, film sedikitnya memberikan kontribusi terhadap munculnya sifat agresif terhadap pasangan. Ternyata tayangan kekesarasan yang sering muncul dalam program siaran televisi maupun adegan sensual dalam film tertentu dapat memicu tindakan kekerasan terhadap pasangan.
4.      Kepribadian
Teori mengtakan bahwa orang dengan tipe A lebih cepat menjadi agresif daripada tipe kepribadian B. Dan ini berlaku semakin tinggi harga diri yang dimiliki seseorang maka ia memiliki peluang lebih besar untuk bertindak agresif.
Dan masih banyak lagi hal-hal yang menyebabkan seseorang melakukan kekerasan dalam pacaran, adapun dampak yang ditimbulkan dari kekerasan dalam pacaran yaitu, menimbulkan dampak fisik  maupun pikis. Dampak fisik bisa berupa memar, patah tulang, dan sebagainya. Sedangkan luka psikis bisa berupa terhina, dilecehkan, sakit hati, harga diri yang terluka dan sebagainya. Seiring berjalan nya waktu korban merasa hal-hal yang dilakukan oleh pasangannya merupakan hal yang wajar dan tidak perlu untuk ditakuti  maupun diwaspadai padahal hal tersebut tentunya merusak perkembangan remaja dalam mempelajari hubungan yang sehat. Dampak yang ditimbulkan pun berupa depresi, menyalahkan diri sendiri, cemas, dan mencoba bunuh diri.
Maka, penanganan maupun pencegahan yang dapat dilakukan tentuna tergantung dari penyebabnya. Kita harus telusuri terlebih dahulu apa penyebabnya baru kita dapat melakukan penanganan nya bagaimana. Proses penanganan nya pun perlu melibatkan kedua belah pihak baik pelaku maupun korban karena biasanya pada kasus ini diakibatkan oleh ketergantungan pada masing-masing pihak. Kepada korban perlunya meyakinkan dia untuk berkata tidak untuk tindak kekerasan yang dilakukan oleh pasangannya, membantunya melihat pilihan dan alternative yang dapat menumbuhkan kepercayaan pada dirinya. Untuk koran yang mengalami trauma dibutuhkan penanganan khusus oleh psikiter atau psikolog atau melalui pendamping korban untuk tahap awal.
Oleh karena itu, perlunya terutama pada remaja untuk terus mewaspadai dan memantau pasangan nya masing-masing agar tidak sampai melakukan hal tersebut. Jika sudah ada tanda-tanda yang mencurigakan pada pasangan kalian maka tinggalkan. Dan perlunya kehati-hatian dalam memulai suatu hubungan tentunya harus dipikirkan secara matang-matang,  jangan sampai dengan menjalin hubungan tersebut merugikan diri anda sendiri. Jangan mudah terbuai ataupun terayu oleh pasangan kalian jika mereka ingin melakukan hal-hal yang menyimpang. Dan perlu nya mendekatkan diri kepada yang kuasa agar terhindar dari perbuatan-perbuatan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Waspada Virus Korona

WASPADA VIRUS KORONA (MATA KULIAH ETIKA PROFESI) Beberapa hari ini dunia dihebohkan dengan adanya virus baru yang sedang merajalela...